Kamis, 08 Desember 2011

Tumbuhan Salak

Tumbuhan Salak
Kelompok Tani Duri Kencana, merupakan kelompok tani yang bergerak di bidang budidaya Salak Pondoh. Kelompok ini beranggotakan 80 petani dengan luas kebun salak pondoh kurang lebih 40 hektar. Hasil produksinya sudah bersertifikat Prima 3 dari Departemen Pertanian. Dengan sertifikat itu, salak pondoh petani Sleman, DI Yogyakarta tersebut diekspor ke China. Sertifikasi buah salak produksi petani Sleman itu dilakukan Departemen Pertanian untuk memberikan jaminan mutu sekaligus keamanan pangan. Lebih dari itu, adalah agar pendapatan petaninya naik.

Rembang, 11/9 (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, akan mengembangkan budidaya salak pondoh lumut meski secara umum geografis daerah itu tidak cocok untuk membudidayakannya.
"Ada beberapa daerah yang mampu digunakan untuk pengembangan salak pondoh lumut, sebab selama ini ada beberapa daerah yang telah membudidayakan salak pondoh," kata Kepala Bidang Pertanian pada Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, Mulyono di Rembang, Minggu.
Ia menyebutkan, ada empat kecamatan yang potensial dijadikan tempat budidaya tanaman salak pondoh lumut, yakni Gunem, Sale, Kragan dan Kecamatan Lasem.
"Keempat kecamatan tersebut selama ini sudah mengembangkan tanaman salak pondoh dengan jumlah rumpun yang bervariasi. Ada yang masih sedikit, namun juga ada yang banyak," katanya.
Menurut dia, Kecamatan Sale saat ini sudah dibudidayakan sebanyak 2.688 rumpun salak pondoh, Kecamatan Lasem sebanyak 600 rumpun, Kragan 469 rumpun dan Kecamatan Gunem sebanyak 84 rumpun.
"Perbaikan budidaya dari salak pondoh menjadi salak pondoh lumut dimaksudkan untuk memadukan ukuran salak dan rasa. Salah pondoh berukuran relatif kecil namun rasanya manis, sementara salak lumut berukuran besar tetapi rasanya tak semanis salah pondoh," katanya.
Selain itu, katanya, produktivitas perrumpun (pohon) tanaman salak pondoh lumut juga lebih banyak dibandingkan dengan salak pondoh.
"Satu rumpun salak pondoh, rata-rata menghasilkan buah sebanyak sepuluh kilogram. Sementara salak pondoh lumut bisa mencapai 15 kilogram," katanya.
Para petani yang telah membudidayakan salak pondoh tinggal mengawinkansilang dengan salak lumut untuk bisa mengembangkan salak pondoh lumut, katanya.
Mulyono menjelaskan, tanaman salak lazimnya memang dikembangkan pada media tanah sedikit berpasir dan berada pada daerah lembab.
"Namun, ada teknik budidaya salak dengan pengejut air dan pemberian tanaman naungan sejenis sengon untuk menjaga kelembaban tanah. Namun, meski menggunakan teknik budidaya seperti itu, di Rembang, tanaman salak relatif cocok dikembangkan di kawasan pegunungan atau perbukitan yang masih teduh," katanya.
Ia juga mengatakan, sebelum perbaikan budidaya dari salak pondoh menjadi salah pondoh lumut, pihaknya juga pernah memberi rujukan kepada petani untuk berpindah mengembangkan salah pondoh dari sebelumnya salak bali.
"Kami pernah mengembangkan budidaya salak bali belasan rumpun di kawasan Desa Tahunan Kecamatan Sale, namun akhirnya petani kami rujuk beralih membudidayakan tanaman salak pondoh karena alasan rasa dan tingkat harga yang cenderung murah," katanya.
Ia menambahkan, selain akan mengembangkan salak pondoh lumut di kawasan yang selama ini sudah terbiasa dengan budidaya salak pondoh.
"Ada dua daerah yang akan kami jajaki untuk perluasan pengembangan budidaya salak di Rembang, yakni di daerah Sanetan Kecamatan Sluke dan Woro Kecamatan Kragan," katanya.
Ia menegaskan, meski masih mungkin diperluas pengembangannya, namun tanaman salak tetap tidak bisa dikembangkan secara masif di kabupaten itu.
"Belum lagi, setiap petani atau pembudidaya salak harus terampil dalam perawatan, terutama kemampuan bisa
meniadakan buah semu untuk merangsang pertumbuhan buah sejati," katanya.

Sumber : http://www.sinartani.com


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar